Minggu, 03 Mei 2015

Gaya itu perlu!!!




SEJARAH – Kelas XII SMA



Soal Latihan :
A.    Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu huruf  a, b, c, d, atau e!

1.         Doktrin Truman adalah program bantuan ekonomi Amerika Serikat setelah PD II yang ditujukan ke negara ….
a.  Jepang, Turki, dan Yunani
b.  Yunani, Inggris, dan Denmark
c.  Turki, Yunani, dan Denmark
d.  Italia, Spanyol, dan Belanda
e.  Thailand, Filipina, dan Australia


2.         Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara di Asia Tenggara melalui ….
a.  European Reconstruction Plan
b.  Mutual Security Act
c.  Marshall Plan
d.  UNRRA
e.  Truman Doctrine


3.         Pakta pertahanan yang dibentuk Amerika Serikat dalam rangka membendung meluasnya komunisme di Asia Tenggara, yaitu ….
a.  ANZUS
b.  METO
c.  SEATO
d.  NATO
e.  OAS


4.         Astronaut yang pertama kali berhasil menginjakkan kakinya di bulan, yaitu ….
a.  Karen Amstrong
b.  Yuri Gagarin
c.  German Titov
d.  Neil Amstrong
e.  John H. Glenn


5.         Jerman dipecah menjadi dua negara oleh Sekutu berdasarkan ….
a.  Konferensi Wina
b.  Konferensi Postdam
c.  Perjanjian Versailles
d.  Perjanjian Paris
e.  Perjanjian Sevres


6.         Negara di Asia Tenggara yang sempat menjadi anggota SEATO, yaitu ….
a.  Malaysia dan Filipina
b.  Filipina dan Thailand
c.  Singapura dan Malaysia
d.  Thailand dan Singapura
e.  Filipina dan Singapura



B.     Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan singkat dan tepat!

1.         Apa yang melatarbelakangi munculnya perang dingin?
2.         Apa yang dimaksud dengan Marshall Plan dan Molotov Plan?
3.         Deskripsikan persaingan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam bidang militer!
4.         Deskripsikan sikap bangsa Indonesia pada saat berlangsungnya Perang Dingin!

Jumat, 01 November 2013

KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan dalam Islam merupakan pokok utama dalam kelanjutan ketauhidan dan keimanan terhadap ajarannya. Perkembaangan pendidikan Islam sejalan dengan berkembangnya Islam itu sendiri, bahkan pendidikan Islam sebenarnya telah dimulai sejak zaman nabi-nabi terdahulu dan disempurnakan oleh nabi Muhammad SAW di Makkah dan Madinah. Proses transformasi ilmu secara bilateral telah terjadi setelah perang Badar yaitu dengan pengajaran membaca dan menulis kepada umat Islam sebanyak sepuluh orang oleh tiap tawanan perang pihak musuh. Dasar ajaran Islam sendiri merupakan perintah untuk membaca sebagaimana bunyi ayat pertama yang diturunkan.  Pendidikan Islam pada awal perkembangannya telah memiliki keunggulan karena coraknya yang tersediri yaitu bersifat komprehensif dengan maksud agar anak didik didorong sehingga mampu untuk menuangkan segala kemampuan yang dimilikinya. Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya pada penduduk untuk terlibat secara aktif dalam proses pembangunan
B.     Tujuan Penulisan
Sesuai dengan tugas tambahan dalam merevisi kembali tugas makalah yang diberikan Dosen Mata kuliah; Filsafat Pendidikan Islam pada kelompok IV, yakni di jadikan tugas individu untuk tambahan nilai mata kuliah. yang membahas: “Konsep Pengembangan Sumber Daya Manusia”,




BAB II

PEMBAHASAN
“ KONSEP PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA ”
A.    Pendidikan Islam dan Karakteristiknya
Tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan kehidupan suatu bangsa, falsafahnya, dasar serta ideoleginya dalam rangka perbaikan individu, keluarga maupun masyarakatnya. Pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat dan membuat generasi mampu berbuat banyak bagi kepentingan mereka.  Pengertian pendidikan diberikan oleh Yahya Qahar yaitu filsafat yang bergerak di lapangan pendidikan yang mempelajari proses kehidupan dan alternatif proses pendidikan dalam pembentukan watak[1]. Sedangkan M. Natsir menyatakan bahwa ideologi didikan Islam menyatakan, “Yang dinamakan pendidikan Islam ialah suatu pimpinan jasmani dan rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya[2]. Endang Saifuddin Azhari memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai “proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengakapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.[3]
Pengertian pendidikan yang seperti lazim saat ini dipakai belum terdapat di zaman nabi, tetapi usaha dan kegiatan yang dialkukan oleh Nabi dalam mneyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh (uswatun hasanah), melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan social yang mendorong pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu telah mancakup arti pendidikan dalam penertian saat ini. Dengan itu, berarti nabi telah mendidik, membentuk pribadi yaitu pribadi muslim da sekaligus bahwa Nabi SAW adalah seorang pendidik yang berhasil mendidik masyarakat Quraisy dari kajahiliyahannya menuju pembebasan evolusi kesadaran menuju kebenaran. Dengan karakteristik pendidikannya adalah perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan petunjuk tujuan islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya. Dengan demikian secara umum dapat kita katakana bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian Muslim yang sempurna.
Pendidikan Islam dibangun atas prinsip-prinsip pokok yang membentuk karakteristiknya, yaitu :
1.      Penciptaan yang bertujuan, dengan maksud bahwa pendidikan merupakan bentuk ibadah dengan interaksi pada alam, manusia sebagai fokus dan keimanan sebagai tujuan.
2.      Kesatuan yang menyeluruh, yaitu kesatuan perkembangan individu, masyarakat dan dunia serta kesatuan umat manusia sebagai karakteristik universalitas. Ditambah kesatuan pengetahuan yang mencakup berbagai disiplin ilmu dan seni.
3.      Keseimbangan yang kokoh, yaitu keseimbangan antara teori dan penerapan, bagi individu dan masyarakat, serta antara fardhu ‘ain dan fardhu kifayah baik keagamaan maupun keduniaan.

Tujuan Pendidikan Islam sendiri yaitu seperti yang sudah diungkapkan oleh Zakiyah darajat dalam bukunya pendidikan islam bahwa pendidikan Islam diharapkan mampu menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesame makhluk-Nya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semsta ini  untuk kepentingan hidup dunianya kini dan akhiratnya nanti. Tujuan ini kelihatannya sangat idelais sekali sehingga sukar untuk merealisasikannya. Akan tetapi selama kita mau berusaha maka diletak itulah Allah akan memberikan jalan keluarnya tentunya dengan kerja keras lewat kerangka – kerangka yang berencana  yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah hal yang mustahil sebab melihat kembali pengertian pendidikan islam yang terlihat jelas bagaimana membentuk pribai muskim yang sempurna dalam representasi insane kamil yang utuh serta seimbang muatan rohaninya maupun jasmaninya (IQ, EQ maupun SQ) untuk keseimbangan kehidupan duniawi maupun ukhrawi.

B.     Hakikat Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pengembangan Sumber Daya Manusia adalah suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat (M.M. Papayungan, 1995: 109). Sementara itu Payaman J. Simanjuntak berpendapat bahwa: “Sumber Daya Manusia mengandung dua pengertian: Pertama, Sumber Daya Manusia mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan pengertian kedua dari Sumber Daya Manusia adalah menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut (Payaman J. Simanjuntak, 1985: 1).
Selanjutnya Efendi berpendapat bahwa: “Pengembangan sumber daya manusia sebagai upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya pada penduduk untuk terlibat secara aktif dalam proses pembangunan (Efendi, 1994: 12).” Dari beberapa pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan sumber daya manusia di Indonesia khususnya, sangat terkait erat dengan kualitas manusia atau masyarakat sebagaimana sasaran utama Pembangunan Nasional yaitu menciptakan manusia dan masyarakat yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa kemajuan pembangunan suatu bangsa, namun demikian masih banyak tantangan yang menjadi kendala perkembangan selanjutnya. Kendala dan tantangan itu sebagaimana disampaikan dalam Makalah Seminar Nasional PERMADI di Yogyakarta (1992: 5) antara lain:
1.      Masih rendahnya tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang ditandai oleh besarnya jumlah dan tingkat pengangguran sehingga resiko ketergantungan semakin tinggi.
2.      Mutu produktivitas sumber daya manusia secara relatif masih harus banyak ditingkatkan terutama untuk menghadapi perubahan ekonomi dan perkembangan teknologi yang semakin cepat.
3.      Masalah besarnya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat baik antar kelompok maupun antar daerah.
4.      Penyebaran sumber daya manusia masih belum merata.
5.      Masih rendahnya tingkat kesesuaian dan keserasian dunia pendidikan dengan dunia kerja.
Di sisi lain pembangunan juga akan membawa dampak negatif terhadap kualitas masyarakat apabila tidak memperhatikan atau mempertimbangkan manusia dalam proses pembangunan, yaitu dapat menurunkan kualitas masyarakat. Karenanya perlu ada pertimbangan dari berbagai sisi dalam pembangunan yang akan dilaksanakan terutama sisi sosial, spiritual terhadap kesiapan dan daya tanggap sumber daya manusia dengan perubahan yang terjadi akibat pembangunan dan modernisasi.
Beberapa dampak negatif dari pembangunan terhadap kualitas manusia antara lain:
Ø  Menurut Karl Marx (dalam Djamaluddin A.): Proses industrialisasi akan memakan korban sosial. Oleh karena kurang memperhatikan manusia dalam proses produksi, industrialisasi telah mengakibatkan karyawan menjadi alienated dan mengalami self estrangement. Karyawan merasa asing terhadap karyanya sendiri, asing terhadap kerjanya, dan asing terhadap aktivitas yang dia lakukan sendiri. Semua ini menimbulkan perasaan power lessness, manusia menjadi tidak berdaya, tidak memiliki kontrol pada dirinya maupun kontrol pada sesuatu di luar dirinya (Djamaluddin A., 1990: 2-3).
Ø  Alfin Toffler (dalam Djamaluddin A.) mengatakan: “Beberapa perubahan tata kehidupan akibat kegiatan pembangunan yaitu:
1)      Kebiasaan membuang barang yang sebenarnya masih bisa digunakan (throw away society), manusia menjadi boros dan memerlukan banyak uang untuk kehidupan yang demikian ini. Hal itu memacu mereka untuk bekerja lebih keras sehingga kehidupan sosial dan keagamaan semakin berkurang. Orang semakin berkurang terlibat dengan kegiatan bermasyarakat, baik dengan tetangga maupun masyarakat yang lebih luas.
2)      Keadaan yang demikian juga dipacu oleh kebiasaan masyarakat untuk sering berpindah tempat kerja dan tempat tinggal (the new nomand). Orang tidak suka membentuk hubungan yang intim dengan tetangga dan masyarakat. Kehidupan sosial berubah bentuk tidak lagi dalam wujud “ikatan fungsional” tetapi lebih bersifat “hubungan fungsional” yang hanya melihat kaitan dirinya dengan orang lain dalam hubungan kerja semata-mata. Sifat manusia menjadi modularman.
3)      Akibat dari industrialisasi adalah deversity, kebhinekaan dalam merk dan model suatu jenis produk telah membuat manusia menjadi bingung untuk memilih produk yang telah dibelinya. Semua hal tersebut menimbulkan “stress” di dalam kehidupan manusia yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas manusia dalam kehidupannya (Djamaluddin A., 1990: 5).
Dalam rangka mengantisipasi dampak tersebut, pemerintah kita berusaha mengembangkan sumber daya manusia yang bertitik tolak pada kualitas manusia dan kualitas masyarakat sebagaimana telah dinyatakan oleh Menteri Negara Kependudukan dan lingkungan Hidup (dalam Dahlan Alwi) bahwa: “Kualitas dibagi dalam KF (Kualitas Fisik) dan KNF (Kualitas Non Fisik). Atas dasar itu, kerangka KNF adalah:
1.      Kualitas kepribadian.
Ciri KNF (Kualitas Non Fisik) yang pokok yang perlu ada pada setiap manusia pembangunan adalah kecerdasan, kemandirian, keativitas, ketahanan mental, dan keseimbangan emosi-rasio.
2.      Kualitas bermasyarakat.
Keselarasan hubungan dengan sesama manusia, yakni kesetiakawanan dan keterbukaan.
3.      Kualitas berbangsa.
Tingkat kesadaran berbangsa dan bernegara yang semartabat dengan bangsa lain.
4.      Kualitas spiritual.
KNF (Kualitas Non Fisik) dalam hubungannya dengan Tuhan, yakni religius dan moralitas.
5.      Wawasan lingkungan.
Kualitas yang diperlukan untuk mewujudkan aspirasi dan potensi diri dalam bentuk kerja nyata guna menghasilkan sesuatu dengan mutu sebaik-baiknya.
6.      Kualitas karyawan.
KNF (Kualitas Non Fisik) yang diperlukan untuk mewujudkan aspirasi dan potensi diri dalam bentuk kerja nyata guna menghasilkan sesuatu dengan mutu sebaik-baiknya. Sedangkan ukuran KF (Kualitas Fisik) adalah kualitas yang nampak dalam individu seperti: harapan usia hidup, tinggi badan, angka kesakitan (Dahlan Alwi, 1990: 3).”
Dengan demikian kualitas manusia dan kualitas masyarakat adalah tujuan pembangunan, maka upaya untuk mengukur kadar kualitas harus dikembangkan untuk mengetahui sejauh mana sumber daya manusia terbentuk.
Sementara itu, Nurcholis Madjid (1995: 90-91) berpendapat bahwa: Pada hakekatnya sumber daya manusia tidak hanya penting diperhatikan masalah keahlian sebagai mana yang telah umum dipahami dan diterima, tetapi juga penting diperhatikan masalah etika atau akhlak dan keimanan-keimanan pribadi-pribadi yang bersangkutan. Jadi, sebagaimana benar bahwa SDM yang bermutu ialah yang mempunyai tingkat keahlian tinggi, juga yang tak kurang benarnya adalah bahwa SDM tidak akan mencapai tingkat yang diharapkan jika tidak memiliki pandangan dan tingkah laku etis dan moral yang tinggi berdasarkan keimanan yang teguh.
Sumber daya manusia banyak, tetapi tanpa kualitas atau dengan kualitas rendah, merupakan beban. Untuk itu perlu diupayakan pengembangan sumber daya manusia yang ada ini. Menurut Muh. Tholchah Hasan (1987: 187-188) bahwa ada 3 (tiga) yang harus diperhatikan dalam usaha memajukan kualitas manusia, yaitu:
a.       Dimensi kepribadian sebagai manusia, yaitu kemampuan untuk menjaga integritas, termasuk sikap, tingkah laku, etika dan moralitas yang sesuai dengan pandangan masyarakat (Masyarakat Pancasila)
b.      Dimensi produktivitas, yang menyangkut apa yang dihasilkan oleh manusia itu tadi, dalam hal jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.
c.       Dimensi kreativitas, yaitu kemampuan sesorang untuk berfikir dan berbuat kreatif, menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan masyarakat.
Ketiga dimensi tersebut merupakan pokok persoalan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia kita. Selanjutnya, ditegaskan pula bahwa ada beberapa hal yang dapat mempercepat peningkatan kualitas sumber daya manusia itu, antara lain:
o  Pendidikan yang memberikan kemampuan-kemampuan intelektual yang terlibat dalam proses kreatif.
o  Teknologi, yang memberikan kemudahan-kemudahan teknis dan standar kerja yang produktif.
o  Kemajuan ekonomi, yang memberi dampak psikologis untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
o  Terbukanya mobilitas vertikal di dalam masyarakat, yang dapat merangsang orang untuk mencapai posisi yang lebih tinggi melalui prestasi-prestasinya (Muh. Tholchah Hasan, 1987: 191).

C.    Sumber Daya Manusia Dalam Islam
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus mengambil penjurusan industri dan organisasi.
Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi sintesa antara ilmu manajemen dan psikologi. Mengingat struktur SDM dalam industri-organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusia-nya sebagai subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih terkemuka.
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya.
Dan sebagaimana yang telah Allah jelaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia di antara makhluk yang lain. Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan mahluk alami”, seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain. Manusai juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain).
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam rangka menjadi khalifah dimuka bumi, hal ini banyak dicantumkan dalam al-Qur’an dengan maksud agar manusia dengan kekuatan yang dimilikinya mampu membangun dan memakmurkan bumi serta melestarikannya. Untuk mencapai derajat khalifah di muka bumi ini diperlukan proses yang panjang, dalam Islam upaya tersebut ditandai dengan pendidikan yang dimulai sejak buaian sampai ke liang lahat.
Di atas telah disinggung bahwa pendidikan Islam memadukan dua segi kepentingan manusia yaitu keduniaan dan keagamaan. Berbeda dengan pendidikan sekuler yang hanya meninjau pada satu aspek saja, yaitu keduniaan saja dan segala bentuk keberhasilan cenderung dinyatakan dengan jumlah materi yuang dimiliki atau jabatan serta pengaruh di tempat individu berada. Akibatnya telah dapat dilihat bahwa kehampaan yang terjadi pada masyarakat Eropah dan Amerika adalah kehampaan spiritual yang sebagai tempat pelariannya ke tempat-tempat hiburan, alcoholism dan bentuk lainnya. Dengan demikian kemajuan pada satu aspek saja dalam kehidupan ini menyebabkan ketimpangan dalam perjalanan hidup manusia yang kemudian akan kembali menjadi permasalahan kemanusiaan khususnya sumber daya manusia.
Menurut Hadawi Nawawi (1994) Sumber daya manusia (SDM) adalah daya yang bersumber dari manusia, yang berbentuk tenaga atau kekuatan (energi atau power). Sumber daya manusia mempunyai dua ciri, yaitu :(1) Ciri-ciri pribadi berupa pengetahuan, perasaan dan keterampilan (2) Ciri-ciri interpersonal yaitu hubungan antar manusia dengan lingkungannya.
Sementara Emil Salim menyatakan bahwa yang dimaksud dengan SDM adalah kekuatan daya pikir atau daya cipta manusia yang tersimpan dan tidak dapat diketahui dengan pasti kapasitasnya. Beliau juga menambahkan bahwa SDM dapat diartikan sebagai nilai dari perilaku seseorang dalam mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Dengan demikian kualitas SDM ditentukan oleh sikap mental manusia. T. Zahara Djaafar (2001 : 1) menyatakan bahwa bila kualitas SDM tinggi, yaitu menguasai ilmu dan teknologi dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan merasa bahwa manusia mempunyai hubungan fungsional dengan sistem sosial, nampaknya pembangunan dapat terlaksana dengan baik seperti yang telah negara-negara maju, dalam pembangunan bangsa dan telah berorientasi ke masa depan. Tidak jarang di antara negara-negara maju yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan bangsanya adalah bangsa yang pada mulanya miskin namun memiliki SDM yang berkualitas.
D.    Strategi Aksi Pendidikan Islam Dalam Membentuk Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas.
Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian dari ajaran Islam, yang dari semula telah mengarah manusia untuk berupaya meningkatkan kualitas hidupnya yang dimulai dari pengembangan budaya kecerdasan. Ini berarti bahwa titik tolaknya adalah pendidikan yang akan mempersiapkan manusia itu menjadi makhluk individual yang bertanggung jawab dan makhluk sosial yang mempunyai rasa kebersamaan dalam mewujudkan kehidupan yang damai, tentram, tertib, dan maju, dimana moral kebaikan (kebenaran, keadilan, dan kasih sayang) dapat ditegakkan sehingga kesejahteraan lahir batin dapat merata dinikmati bersama. Pendidikan tentu saja memiliki tujuan utama (akhir). Dan, tujuan utama atau akhir (ultimate aim) pendidikan dalam Islam menurut Hasan Langgulung adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, roh dan jasmani, kemauan yang bebas, dan akal. Pembentukan pribadi atau karakter sebagai khalifah tentu menuntut kematangan individu, hal ini berarti untuk memenuhi tujuan utama tersebut maka pengembangan sumber daya manusia adalah suatu keniscayaan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan strategi untuk menggapainya. Karena strategi merupakan alternatif dasar yang dipilih dalam upaya meraih tujuan berdasarkan pertimbangan bahwa alternatif terpilih itu diperkirakan paling optimal.
Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan menyangkut masa depan. Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan yang ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya dapat disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup menempuh satu-satunya alternatif yang ada dan dapat digali.  Sedangkan Hasan Langgulung dengan definisi yang telah dipersempit berpendapat bahwa strategi memiliki makna sejumlah prinsip dan pikiran yang sepatutnya mengarahkan tindakan sistem-sistem pendidikan di dunia Islam. Menurutnya kata Islam dalam konteks tersebut, memiliki ciri-ciri khas yang tergambar dalam aqidah Islamiyah, maka patutlah strategi pendidikan itu mempunyai corak Islam. Adapun strategi pendidikan yang dipilih oleh Langgulung terdiri dari dua model, yaitu strategi pendidikan yang bersifat makro dan strategi pendidikan yang bersifat mikro[4].
E.     Sumber Daya Manusia Indonesia Dalam Potret Islam
Dalam Islam sosok manusia terdiri dua potensi yang harus dibangun, yaitu lahiriah sebagai tubuh itu sendiri dan ruhaniyah sebagai pengendali tubuh. Pembangunan manusia dalam Islam tentunya harus memperhatikan kedua potensi ini. Jika dilihat dari tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu menjadikan manusia seutuhnya, maka tujuan tersebut harus memperhatikan kedua potensi yang ada pada manusia. Namun upaya kearah penyeimbangan pembangunan kedua potensi tersebut selama 32 tahun masa orde baru hanya dalam bentuk konsep saja tanpa upaya aplikasi yang sebenarnya. Telah dimaklumi bahwa pendidikan Islam memandang tinggi masalah SDM ini khususnya yang berkaitan dengan akhlak (sikap, pribadi, etika dan moral).
Kualitas SDM menyangkut banyak aspek, yaitu aspek sikap mental, perilaku, aspek kemampuan, aspek intelegensi, aspek agama, aspek hukum, aspek kesehatan dan sebagainya (Djaafar, 2001 : 2). Kesemua aspek ini merupakan dua potensi yang masing-masing dimiliki oleh tiap individu, yaitu jasmaniah dan ruhaniah. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek jasmaniah selalu ditentukan oleh ruhaniah yang bertindak sebagai pendorong dari dalam diri manusia. Untuk mencapai SDM berkualitas, usaha yang paling utama sebenarnya adalah memperbaiki potensi dari dalam manusia itu sendiri, hal ini dapat diambil contoh seperti kepatuhan masyarakat terhadap hukum ditentukan oleh aspek ruhaniyah ini. Dalam hal ini pendidikan Islam memiliki peran utama untuk mewujudkannya.
Tantangan manusia pada millennium ke-3 ini akan terfokus pada berbagai aspek kompleks. Khusus dibidang pendidikan Aly dan Munzier (2001 : 227) menyebutkan bahwa tantangan pendidikan Islam terbagi atas 2, yaitu tantangan dari luar (eksternal), yaitu berupa pertentangan dengan kebudayaan Barat abad ke-20 dan dari dalam (internal) Islam itu sendiri, berupa kejumudan produktivitas keislaman.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang patut diwaspadai dalam mensikapi SDM Indonesia adalah globalisasi (perdagangan pasar bebas). Perdagangan pasar bebas bukanlah gossip atau rumor yang kehadirannya sudah jelas kita ketahui bersama kemarin ketika tahun baru dating 01 januari 2010 menjadi tanggal bersejarah beraninya bangsa ini membuka FTA (Free Trade Area) Asena dengan China. Globalisasi adalah pendatang baru yang sudah membeli tiket yang akan datang dan menetap di negeri ini dengan jangka waktu yang sangat lama. Banyak sekali masalah yang kemudian kita hadapi dengan globlisasi yang kini mnjedi momok menakutkan terhadap penumbuhan kualitas SDM bangsa ini apalagi SDM bangsa ini sebenarnya belum siap menghadapi FTA ditambah adanya kesan seperti sangat dipaksakan entah karena gengsi atau apalah namanya bangsa ini ikut serta dalam menyetujui FTA Asean dengan China.

Faktor Internal

Kejumudan produktivitas keislaman yang pada kenyataan kali ini ummat islam banyak terkotak – kotakan dalam nuansa keasyikan bermadzhab sampai ke titik fanatis sehingga mnyalahkan madzhab yang lain yang nota benenya masih sesame islam sehingga muncul banyakperdebatan – perdebatan sis – sia yang hanya menyumbat tingkat peningkatan kualitas pendidikan sebagai investasi pembentukn sumber daya manusia ummat islam sehingga menyumbat pula tingkat produktivitas keislaman akibat kejumudan pemikiran serta taklid buta terhadap fanatisme kemadzhaban.
Abdul Rachman Shaleh (2000 : 203) menyatakan bahwa untuk menjawab tantangan dan menghadapi tuntutan pembangunan pada era globalisasi diisyaratkan dan diperlukan kesiapan dan lahirnya masyarakat modern Indonesia. Aspek yang spektakuler dalam masyarakat modern adalah penggantian teknik produksi dari cara tradisional ke cara modern yang ditampung dalam pengertian revolusi industri. Secara keliru sering dikira bahwa modernisasi hanyalah aspek industri dan teknologi saja. Padahal secara umum dapat dikatakan bahwa modernisasi masyarakat adalah penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas dan semua aspek hidup masyarakat.
F.     Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi Islam Indonesia
Generasi yang berkualitas yang akan disiapkan untuk menyongsong dan menjadi pelaku pembangunan pada era globalisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas keberagamaannya (dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan agama yang tetap bertumpu pada iman dan aqidah). Dengan kata lain masyarakat maju Indonesia menuntut kemajuan kualitas hasil pendidikan Islam. A. R. Saleh menyatakan bahwa modernisasi bagi bangsa Indonesia adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam aktivitas pendidikan Islam secara sistematis dan berlanjut. Tujuan pendidikan nasional termasuk tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak untuk menjadi anak manusia berkualitas dalam ukuran dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas, ditetapkan langkah-langkah dalam pembinaan pendidikan agama yaitu :
1.      Meningkatkan dan menyelaraskan pembinaan perguruan agama dengan perguruan umum dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi sehingga perguruan agama berperan aktif bagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Pendidikan agama pada perguruan umum dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi akan lebih dimantapkan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME serta pendidikan agama berperan aktif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.      Pendidikan tinggi agama serta lembaga yang menghasilkan tenaga ilmuan dan ahli dibidang agama akan lebih dikembangkan agar lebih berperan dalam pengembangan pikiran-pikiran ilmiah dalam rangka memahami dan menghayati serta mampu menterjemahkan ajaran-ajaran agama sesuai dan selaras dengan kehidupan masyarakat (A. R. Saleh, 2000 : 206).
4.      Berdasarkan upaya diatas, maka dapat dilihat bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama pada 2 jalur, yaitu lembaga pendidikan umum dan keagamaan. Sejalan dengan upaya peningkatan SDM ini H. A. R. Tilaar (1999 : 200-204) dalam memandang tuntutan SDM yang kompetitif di abad 21 sesuai tantangan atau tuntutan masyarakat dalam era ilmu pengetahuan,
G.    Pengertian Pengembangan Sumber Daya Manusia
Human Resource Development  pada  dasarnya  merupakan kegiatan terpadu yang dilakukan manajemen dalam rangka meningkatkan nilai tambah pegawai guna meningkatkan produktivitas organisasi dan sekaligus  dalam rangka mempersiapkan pegawai untuk melaksanakan tugas pada jenjang yang lebih tinggi. Hariandja dan Hardiawati (2002:168) mengemukakan pengembangan merupakan usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Sirait (2006:6) memberikan batasan pengembangan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan peningkatan keterampilan yang dilakukan secara terus-menerus agar pegawai dapat menampilkan cara kerja yang memadai.
Menurut Nadler (Hardjana, 2001:11) pengembangan adalah kegiatan-kegiatan belajar yang diadakan dalam jangka waktu tertentu guna memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan kinerja.  Hasibuan (2001:96) mengemukakan “pengembangan adalah  suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan. Mondy, et.al. (1999:254), menyatakan pengembangan (development) meliputi kesempatan belajar yang bertujuan untuk lebih meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill)  yang diperlukan dalam pekerjaan  yang sedang dijalani. Pengembangan lebih difokuskan  untuk jangka panjang. Selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan karyawan sesuai dengan pertumbuhan dan perubahan organisasi.
Milkovich dan Boudreau (1997:408), menyatakan pengembangan adalah proses jangka panjang untuk meningkatkan kapabilitas dan motivasi pegawai agar dapat menjadi aset perusahaan yang berharga.  Simamora (2004:287), mengemukakan pengembangan biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Ruky (2003:228) berpendapat bahwa program pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia dalam organisasinya.
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana dikemukakan terdahulu dapat dikemukakan beberapa karakteristik dari pengembangan sumber daya manusia sebagai berikut.
1.      Pengembangan sumber daya manusia merupakan upaya terencana dari organisasi untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia.
2.      Pengembangan sumber daya manusia dilakukan secara terus menerus dalam jangka panjang.
3.      Pengembangan sumber daya manusia dilakukan untuk menjamin ketersediaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan jabatan.
4.      Pengembangan sumber daya manusia ditujukan terhadap peningkatan kinerja individu yang bermuara pada kinerja organisasi.
H.    Strategi Pengembangan SDM Dan Prospek Di Mancanegara
Sumber daya manusia (human resources) Indonesia ternyata menyimpan potensi yang luar biasa. Hal ini dapat dimaklumi karena secara kuantitas penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai diatas 219 juta jiwa. Jumlah ini termasuk ranking 4 besar dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat,  sudah barang tentu menyimpan berbagai potensi. Saat ini realitanya tercatat 1000 ilmuwan  Indonesia berada diluar negeri. Mereka tersebar diberbagai negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Belanda, mereka bekerja sebagai dosen dan peneliti andal.
Pemerintah telah menghitung bahwa sekitar 600 hingga 1000 ilmuwan Indonesia (Suara Karya: 12 Agustus 2009) saat ini bekerja sebagai peneliti dan menempati posisi tinggi di berbagai perusahaan yang berbasis teknologi tinggi dinegara maju didunia internasional. Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Diknas, Fasli Jalal pada pertemuan dengan Perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) sedunia di Jakarta. Sementara itu Prof. Yohannes Surya dan Rektor Universitas Paramadina DR. Anis Baswedan mengemukakan, selain 1000 ilmuwan yang bekerja diluar negeri, potensi lain yang patut mendapat perhatian adalah 40 ribu mahasiswa yang sedang menuntut ilmu diluar negeri mulai dari tingkat sarjana hingga tingkat doktoral. Dapat dibayangkan jika 20 % saja mereka mendapat tawaran job diluar negeri, maka jumlah tenaga ahli Indonesia yang berkerja diluar negeri akan terus meningkat dengan angka 8000 orang suatu jumlah yang cukup signifikan. Jika berbagai komponen itu bersatu yakni dari kalangan ilmuwan dan mahasiswa bisa menjadi sumberdaya yang sangat potensial untuk mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan usia mereka yang masih relatif muda-muda dengan kemampuan akademik yang sangat mumpuni.
Selanjutnya Prof. Yohanes Surya sebagai formatur Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional pihaknya bertekat untuk terus mengirim 3000 ilmuwan keluar negeri setiap tahunnya mengingat potensi yang begitu besar untuk berkiprah didunia internasional. Diasumsikan bahwa pada tahun 2030 Indonesia dapat mengirim 30 ribuan ilmuwan kemancanegara menjadi sumberdaya istimewa karena mereka memiliki karakteristik unggul yang belum tentu dimiliki pelajar lain didalam negeri. Selain itu, menurut Anis Baswedan mereka memiliki kelebihan dalam kemampuan membangun jaringan Internasional, kemampuan dalam menggunakan bahasa dunia, serta memiliki sikap profesional karena tuntutan lingkungan dan sistem serta kesadaran untuk mengharumkan nama bangsa.
Disamping itu pada level dibawahnya pengiriman tenaga-tenaga terampil Indonesia masih terus belangsung kemancanegara. Mereka bekerja sebagai tenaga ahli bidang perminyakan diwilayah Timur Tengah, sedangkan di negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea mereka bekerja pada sektor industri manufactur dan industri otomotif. Jumlah mereka cukup besar dari tahun ketahun dengan standar gaji yang jauh lebih tinggi dibanding standar gaji di Indonesia. Setelah selesai magang sesuai dengan ikatan kontrak mereka umumnya ditempatkan pada industri-industri bidang otomotif dan elektronik seperti diwilayah Jawa Barat dan Batam. Banyak hal yang mereka dapatkan yang layak jadi acuan bagi tenaga kerja lokal untuk dapat bersaing pada level yang lebih tinggi seperti halnya; profesionalisme, disiplin waktu, produktifitas, dan kualitas pekerjaan termasuk upah yang cukup tinggi sebagai reward dari kualitas pekerjaan yang torehkan. Disamping mereka permintaan tenaga medis diberbagai negara adalah peluang yang perlu dijaga dan diapresiasi, sehingga lulusan tenaga medis dinegara ini tidak akan sulit mencari job yang dapat menampung mereka untuk dapat berkarya dan mengabdi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Bahkan negara-negara Eropah dan Timur Tengah kini sudah begitu terkait kebutuhan tenaga medis dari berbagai negara, tinggal bagaimana bangsa Indonesia dapat bersaing dengan produk negara lain untuk mengisi lapangan kerja yang terus menigkat.
Lantas, persoalan yang paling krusial adalah terkait dengan pengiriman TKI-TKW keluar negeri, dimana persoalan ini menjadi persoalan klasik dengan jumlah yang sangat besar mencapai jutaan orang, namun disisi lain tenaga mereka bersifat non formal yang rentan terhadap penyimpangan dan penyalahgunaan. Tetapi untuk menghentikan pengiriman bukanlah keputusan bijak, karena kebutuhan tentang job yang lebih luas selalu menjadi keharusan, meskipun dengan standar gaji yang rendah mereka tidak peduli karena tingkat pendidikan dan keterampilan, yang tidak memadai sehingga mereka sering kali menjadi sarana permainan para calo tenaga kerja ataupun majikan yang nakal.
 
 
 
 










BAB III
PENUTUP
K E S I M P U L A N
     Setelah kita ketahui bersama secara panjang lebar, dan banyaknya pembahasan panjang lebar tersebut di atas, dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu sesuai tantangan globalisasi saat ini Pendidikan Islam memainkan peranan penting dalam pembinaan SDM khususnya kepribadian, sikap dan mental manusia berlandaskan agama selain potensi intelektualitasnya.
     Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses bimbingan yang dibangun atas prinsip-prinsip pokok, berupa penciptaan yang bertujuan, kesatuan yang menyeluruh dan keseimbangan yang kokoh. Pendidikan Islam memandang perlunya aspek dunia dan akhirat, ilmu dan amal atau teori dan praktek. 
     Pendidikan Islam berperan dalam memecahkan permasalahan SDM jika didukung perguruan tinggi Islam yang mampu menyahuti aspirasi tamatan institusi pendidikan Islam di tingkat bawah, selanjutnya mempersiapkan SDM untuk diterjunkan kembali pada masyarakat.
     Dalam hal ini juga dapat kita sedikit usulkan beberapa hal antara lain yaitu Pendidikan Islam sebaiknya memainkan peran sejak awal dan tingkat dasar dalam upaya peningkatan SDM, baik jasmaniah dan rohaniah. Pendidikan tinggi Islam juga agar secepatnya melakukan terobosan baru demi menyikapi hal-hal yang berkembang cepat demi menghasilkan SDM yang berkualitas dalam aspek keduniaan dan keakhiratan.



DAFTAR PUSTAKA
Azra,Azyumardi. (2001). Pendidikan Islam : Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta:Kalimah.
Darajat,Zakiyah. (1992). Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara:Jakarta.
Hasan,Chalijah. (1994). Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya:Al Ikhlas.
Prasetya. (2000). Filsafat Pendidikan : Untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung:Pustaka Setia.
Ruky. Achmad L., (2003). SDM Berkualitas Mengubah Visi Menjadi Realitas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sirait,  Justine T . (2006). Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


[1] Filsafat Pendidikan [Prasetya : 2000] Pustaka Setia Bandung
[2] Pendidikan Islam: Tradisi dan Moderenisasi Menuju Milenium Baru, Azyumardi Azra : 2001 Kalimah Jakarta
[3] Ibid
[4] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma.arif,1995), h. 67