Senin, 28 Oktober 2013

Hinaan itu nutrisi jiwa



Hinaan itu  nutrisi jiwa

Jangan takut dihina karena hinaan jika diambil hikmahnya bisa dijadikan pelecut semangat menuju kemajuan. Semangat untuk menyalahkan hinaan yang di alamatkan dengan sebuah pembuktian. untuk itu diperlukan ketangguhan mental dalam menerima cercaan, makian, serta hinaan. jangan sampai hinaan menghambat kemajuan, dan menjadikan kesedihan yang berkepanjangan. Jika kita mau belajar dari sejarah, bahwa tak ada satupun manusia di dunia ini yang luput dari hinaan. Terlepas dari besar kecilnya hinaan itu sendiri. Jangankan orang kecil. Presiden sekalipun sering menjadi alamat hinaan dan cercaan. Jangankan kita manusia biasa, Nabi pun  tak luput dari hinaan.
Saya ingin menceritakan kisah perjalan cinta bertepuk sebelah tangan, mengharapkan cinta kasih dari seorang wanita tapi yang diterimanya malahan hinaan dan makian.
Cerita itu bermula dari rasa kagum seorang pria bernama Edi yang mengagumi seorang wanita bernama Eni bukan nama aslinya. Layak seorang hamba pasti memiliki rasa cinta begitulah edi di hatinya tumbuh rasa suka kepada seorang wanita bernama eni, di pikirannya selalu menari wajah gadis pujaannya itu, dan berharap gadis itu bisa dimlikinya. Untuk mewujudkan semua itu edi berusaha untuk mendekatinya dan menyatakan cintanya, namun keinginannya itu tidak semudah apa yang dibayangkannya, ternyata mulutnya tak mampu mengucapkan kalimat cinta.
Singkatnya, pada suatu hari edi harus menerima kabar kecewa.. pasalnya gadis dambaannya itu telah menjalin kasih dengan pria lain, dan yang paling mengiris hati pria itu adalah sahabatnya sendiri. Namun edi tetap berkeyakinan bahwa walaupun demikian cinta harus tetap diperjuangkan. Akhirnya edi memberanikan diri untuk mendatangi rumah gadis pujaannya itu. belum sempat untuk mengutarakan isi hati si pintu rumah sudah terkunci, dan edi masih berusaha untuk mengetuknya kembali berharap pintu itu di buka. Tapi, malahan ludah yang di alamatkan ke muka edi. Dengan wajah tertunduk edi pulang, di dalam hatinya berkata, orang miskin sepertiku memang tak mudah mendapatkan cinta. Sudahlah, Edi memutuskan untuk meninggalkan desa tercintanya, hari berganti hari, bulan dan tahun pun berlalu. Akhirnya edi mendengar cerita tangis wanita pujaannya itu karena lelaki yang dipilihnya dahulu meninggalkannya dan menikahi gadis lain.
Dari penggalan kisah itu dapat ditarik kesimpulan ternyata orang yang kita anggap hina memiliki hati yang mulia dan teguh mencintai kita.

Mimpi Kedua Orang Tua


Mimpi Kedua Orang Tua
 
Orang tua manapun di dunia ini pasti memiliki mimpi yang besar untuk putra-putrinya. Mimpi tentang kesuksesan anaknya, keberhasilan keselamatan dan semua itu merupakan hadiah yang terindah baginya di hari tuanya.
Namun, mimpi hanya mimpi, ketidak-mampuan serta kekejaman dunia terkadang memasung mimpinya membelenggu angan diiringi tetes butir air dipipinya. Namun  tak ada kata putus asa baginya. Tak pernah berhenti untuk berharap karena anaknya adalah kebahagian besar baginya.
Jika demikian pantaskah kita sebagai anak membiarkan mimpi kedua orang tua kita musnah, lekang beriringgan dengan usianya???? Pantaskah kita diam?????? Tidak adakah usaha kita membahagiakan mereka atau kita biarkan kedua orang tua kita berpulang menghadap yang maha kuasa dengan hanya membawa mimpi tentang kita yang tak berguna. Tidak.. Tidak.. Tiiiddak.. Jangan hanya berteriak mengatakan tidak, berbuatlah,, berjuanglah untuk orang tua kita!!!! Tidak ada pilihan lain, ketidak-mampuan yang sesungguhnya bukanlah terletak pada ketiadaan harta benda, tetapi ketidak-mampuan yang sebenarnya adalah ketidak-mauan kita untuk berjuang mendapatkan apa yang kita inginkan. seperti untaian kata seorang penyair Arab: “barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti dia akan mendapat”.
Tidak ada pilihan lain kecuali membulatkan tekad, karena hanya dengan tekat bulat dan kenyakian dalam berjuang adalah pompa energy yang kuat untuk selalu giat serta nekad dalam berbuat. Berbuatlah jangan takut gagal, sejatinya kegagalan karena kita berhenti berjuang. Sepanjang masih ada perjuangan masih ada kemungkinan kita merebut kemenangan. Yaitu keberhasilan melukis senyum bibir kedua orang tua kita, seraya terucap di bibirnya, lihat itu anakku. Dia kebanggaanku, dia mampu mewujudkan mimpi dan cita-citaku, meski aku tak mampu”. ucapnya dengan bangga.